PEMILIHAN DUTA KAMPUS UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA - BABAK PENYISIHAN



Menjadi duta kampus adalah mimpi untuk saya sekaligus pembuktian kepada mereka yang sempat melebarkan mulutnya dengan mengatakan bahwa 'Kamu lo nggak cantik, gimana bisa kamu jadi duta kampus ?'. Sakit ? Iya, pastinya. Namun saya diam dan membiarkan keberhasilan saya ini membungkam mereka hingga mereka tidak berani lagi menatap saya ataupun sekedar mengucapkan selamat kepada saya.
-
Seperti deskripsi yang saya tulis dan pampangkan di blog saya, bahwa 'No one is perfect. But every one have right to be the perfect one'. Kalimat tersebut sengaja saya buat sendiri. Bukan untuk sekedar di pajang kemudian sekilas dibaca. Kalimat itu saya buat karena memang itu yang saya amalkan. Saya menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, satupun. Karena yang sempurna hanyalah Pencipta kita. Namun, kita sebagai yang diciptakan masih diberi kesempatan untuk menjadi sempurna. Artinya bukan mati-matian menjadi yang paling sempurna. Tetapi menjadi lebih baik dari yang dulu, menjadi lebih baik dari yang lain.

Dan itulah yang saya lakukan selama 3 semester ini.
-
Menjadi aktivis adalah salah satu cita-cita saya. Cita-cita yang awalnya membuat saya bertanya-tanya mampukah saya ? Awalnya aktivis menurut saya adalah mereka yang memakai almamater mereka dan turun ke jalan. Berorasi. Memegang tulisan berupa kritik terhadap 'pemerintah'. Namun setelah saya mengikuti beberapa organisasi baik intra kampus ataupun luar kampus, saya baru mengerti bahwa bukan mereka saja yang disebut aktivis. Mereka yang turun ke jalan lebih bisa disebut sebagai demonstran. Sedangkan aktivis adalah mereka yang mempu membagi waktunya untuk kuliah, berorganisasi, mengerjakan tugas kuliah, berprestasi dalam berbagai macam lomba, dengan IPK tetap berada di atas garis aman. Meskipun banyak konsepsi yang menyebutkan bahwa aktivis adalah mereka yang lekat dengan IPK 'Nasakom' (Nasib satu koma), tapi bagi saya aktivis tidaklah demikian. Itu hanyalah usaha pembelaan dari mereka yang menyebut dirinya aktivis. Mereka yang mengatakan terlalu sibuk dengan organisasi sehinggal lupa kuliah. Bagi saya itu bukanlah aktivis sejati.
-
Disini saya tidak akan membahas lebar tentang aktivis. Tidak akan membahas lebar tentang organisasi yang saya ikuti. Saya hanya ingin berbagi cerita terkait prestasi terbaru yang Alhamudulillah bisa saya dapatkan di semester 3 ini.  Prestasi tersebut adalah menjadi Queen (Duta Kampus Putri) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trunojoyo Madura 2016 sekaligus Finalis King & Queen UTM 2016.
-
Seperti yang saya tulis sebelumnya bahwa slempang yang saya kenakan adalah pembuktian saya kepada mereka yang mengolok saya. Iya, benar. Saya diolok di awal. Mereka mengatakan bahwa saya tidak pantas menjadi duta karena saya tidak cantik. Saya akui saya memang tidak secantik standar mereka. Tapi saya yakin saya bisa. Juri tidak akan sedangkal mereka. Juri pasti akan lebih bijak dalam memilah dan memilih siapa yang pantas menjadi duta kampus periode selanjutnya.

Mulailah saya mencari informasi terkait stand pendaftaran. Dan letaknya cukup strategis, yakni di depan gedung Auditorium Kampus, tepat di sebelah timur gerbang kampus. Di malam itu, saat ada rapat organisasi ekstra, saya meminjam sepeda motor salah satu teman saya. Tanpa mengatakan akan kemana, saya langsung menuju ke kampus untuk mengambil formulir pendaftaran. Sesampainya di rumah, formulir itu saya isi.
Sebenarnya saya berani mencalonkan diri bukan karena diri saya. Melainkan dorongan dari Ketua Umum English Club yang katanya akan mencalonkan sebagai King. Tetapi pada akhirnya hanya 'omdo'. Akhirnya saya mencalonkan tanpa pasangan. Bukan perwakilan dari siapapun. Daftar secara independen.

Di hari yang ditetapkanpun saya hampir kebingungan juga. Saat TM saya tidak bisa hadir karena ada kegiatan dengan organisasi ekstra di Taman Makam Pahlawan Kota Bangkalan. Di sana saya dipercaya sebagai MC. Sayapun tidak bisa begitu saja meningglkan tanggung jawab tersebut. Untuk TMnya saya digantikan oleh salah satu sahabat saya. Dari sahabat saya itulah saya mendapatkan banyak informasi terkait babak penyisihan.

Karena hanya diberikan waktu sebanyak 2 hari untuk persiapan, jujur saya sedikit keteteran. Mulai dari mencari baju yang cocok dengan tema. Scarf batik karena hari penyisihan bertepatan dengan Hari Batik Nasional. Dan yang tidak kalah ribetnya adalah tentang make up. Bertepatan dengan hari penyisihan, teman-teman saya yang bisa make up pulang semuanya. Saya mencoba tanya kepada senior-senior saya dan ternyata mereka yang stay di Telang tidak ada yang bisa make up, atapun sekedar punya alat make up.
Akhirnya saya memutuskan untuk membeli alat make up lalu meminta tolong kepada adik tingkat di kos untuk make up*maklum saya baru pemula. Sekarang sudah bisa kok. Masak iya, duta nggak bisa make up meski tipis-tipis.

Pagi itu, saya datang 10 menit sebelum acara di mulai. Letaknya di Aula RKB B. Ketika memasuki ruangan, cukup kaget saya karena memang banyak sekali yang mencalonkan diri. Saya berjalan dengan senyum, santai, lalu memillih tempat duduk.

Dimulailah tes tulis yang hanya diberikan waktu 1 menit untuk satu soal. Tidak ada toleransi sama sekali bagi mereka yang datang terlambat. Saya pun mengerjakan sesuai dengan kemampuan saya. Alhamdulillah, semua soal telah saya isi. Kuncinya di tes tulis adalah, fokus, dengarkan, kerjakan, tidak usah tolah-toleh, jangan berdiam baru berpikir, tetapi berpikir sambil menulis. Apa yang ada di pikiran, langsung ditulis. Apapaun itu, karena saya yakin otak pasti akan spontan menjawab soal. Yang penting fokus.

Kemudian memasuki tes selanjutnya yakni tes wawancara dan tes talent. Sistemnya bergantian dan panggilan. Artinya ada yang dipanggil untuk tes talent, ada juga yang dipanggil untuk tes wawancara. Di tengah-tengah menikmati penampilan peserta, tiba-tiba saya dipanggil oleh panitia untuk menuju ruang wawancara.

Sebelum memasuki ruangan saya berhenti sejenak untuk menarik napas. Lalu saya ketuk pintu dan masuk dengan tersenyum memberikan hormat kepada juri yang merupakan King & Queen periode-periode sebelumnya. Oleh panitia, saya diminta untuk mengambil undian terkati presentasi yang akan saya sampaikan. Dan Alhamdulillah saya mendaptkan materi yang saya suka, yakni Isu Kampus. Dengan percaya diri dan tersenyum saya berdiri di spot saya.

Saya mulai memperkenalkan diri. Karena memang ada anjuran untuk menggunakan bahasa inggris saat wawancara, sayapun menggunakan bahasa inggris full dari awal sampai akhir presentasi saya. Sayapun berhasil menjawab dua pertanyaan dari juri yang sama. Pertanyaan dengan menggunakan bahasa inggris yang saya jawab dengan bahasa inggris pula. Di dalam prensentasi oral tersebut, saya masukkan segala pengalaman yang telah saya dapatkan setelah 1 tahun menjadi mahasiswa di kampus ini. Kegiatan apa saja yang telah saya ikuti terkait materi yang saya sampaikan.

Kunci dalam wawancara adalah, percaya diri. Gunakan pengalaman, bukan hafalan. Sampaikan dengan vokal yang jelas dan tegas. Selalu tersenyum saat berbicara. Anggap para juri adalah audien dan Anda merupkan informan. Buat para juri terkesan. Disini sangat diperlukan pengalaman dan pengetahuan, bukan ketenaran atau kecantikan dan ketampanan.

Setelah ishoma, acarapun dilanjutkan. Di sesi kedua inilah saya dipanggil untuk menampilkan bakat saya. Saya menampilkan Tari Remo dan Nembang Jowo. Kenapa Tari Remo, karena saya orang Jombang. Masak iya, seorang duta, asalnya dari Jombang, lalu tidak tahu Tari Remo. Tarian tersebut berasal dari Jombang dan sayapun ingin memperkenalkannya kepada masyarakat Madura. Karena tidak ada dana, sayapun tidak menggunakan kostum tari. Saya hanya memakai sampur dan gelang kaki khas Remo yang saya pinjam dari guru SD saya di Jombang.

Karena waktu maksimal untuk penampilan adalah 5 menit, akhirnya saya akali. Saya hanya menari selama 3 menit lalu 2 menit berikutnya saya gunakan untuk nembang Jowo. Saya menyanyikan lagu 'Tembang Kangen'. Saya tidak tahu bagaimana suara saya setelah menari. Yang jelas tepuk tangan meriah diberikan kepada saya setelah itu. Dan tidak ada komentar dari dewan juri.

Tiga sesi sudah dilalui. Seluruh peserta menunggu pengumaman. Dan akhirnya setelah adzan Maghrib itulah, king & queen terpilih dari masing-masing fakultas di panggil. Yang pertama adalah Fakultas Hukum. Setelah itu adalah Fakultas Ekonomi. Ketika nama saya dipanggil, seakan-akan saya tidak percaya karena banyak sekali yang mendaftar dari Fakultas saya. Terlebih bakat mereka pun luar biasa. Bermacam-macam. Selain itu, yang membuat saya ragu adalah panitia seakan kesulitan menyebutkan nama saya. Membuat saya berpikir mungkin mereka salah sebut nama.

Namun ternyata panitia kembali konfirmasi dengan menegaskan nama saya. "Vien Yulia ...."
Bahagia, bangga, dan tidak percaya memenuhi diri saya yang saat itu maju dan berdiri di samping King Hukum. Kemudian slempang penghormatan sekaligus tanggung jawab selama satu periode itupun dikalungkan oleh Queen FEB tahun 2015 kepada saya.

And done.....

Saya telah membuktikan bahwa saya bisa. Ucapan mereka yang memang menyakitkan tidaklah menjadi racun yang mematikan namun saya ubah menjadi motivasi yang paling menguatkan. Terima kasih haters. Kalian memang berjasa.

Saya sekali lagi teringat pada ucapan coach saya saat lomba di Jogja, bahwa 'Keep your effort in silence, then let your success speaking'

Ini tentunya bukan akhir, karena masih ada malam Grand Final pemilihan Duta Kampus UTM 2016. Mohon dukungannya ya. Jangan lupa follow ig: @dutakampusutm kemudian like foto dan video saya. Terima kasih.


Comments

  1. Assalmualaikum kak mau tanya seputaran tes tertulis dan wawancra nya ,itu seperti apa kka

    ReplyDelete
  2. Assalmualaikum kak mau tanya seputaran tes tertulis dan wawancra nya ,itu seperti apa kka

    ReplyDelete
  3. Assalmualaikum kak mau tanya seputaran tes tertulis dan wawancra nya ,itu seperti apa kka

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts